Sabtu, 24 November 2018

PMII DALAM SAMPUL-SAMPUL SEJARAH

RESENSI
Judul buku :
PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangn
Penulis : Fauzan Alfas
Penerbit : Pengurus Besar ( PB ) Pergerkan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII )
Cetakan Kedua :
Desember 2006
Tebal :270 Halaman
    Secara pormal Pergerkan Mahasiswa Islam Indonesia telah lahir di bumi pertiwi ini sejak 48 (empat puluh delapan tahun) yang silam, yang walaupun organisasi pergerakan ini terlahir sejak lama namun ada hal yang masih menjadi sebuah pertanyaan besar bagi semua warga pergerakan baik yang masih aktif maupun yang sudah dikatakan alumni pertanyaan besar itu adalah “mahluk apa sih PMII itu yang sebenarnya “
    Untuk dapat menjawab pertanyaan besar ini tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, karena membutuhkan cukup banyak indicator-indicator untuk dapat menjawabnya.Sebenarnya eksistensi Pergeakan Mahasiswa Islam Indonesia dalam dunia gerakan kemahasiswaan maupun dalam derap langkah perjuangannya dalam sejarah bangasa ini, Pergeakan Mahasiswa Islam indonesia tidak hanya berdiri untuk hidup namun dalam arti ada (exist) PMII dari sejak kelahirannya sampai sekarang terus bergerak untuk exist tidak sekedar hidup, kalau hanya sekedar hidup itu bermakna fasip dan hanya sebagai objek, sedangkan exist bermakna aktif dan menjadi subjek dalam kehidupannya, dengan meminjam bahasa GUS IM bahwa sebagai warga pergerakan harus memahami masa lalu organisasinya melihat masa sekarang untuk merancang masa depannya, memahami masa lalau berarti memahami sejarah bagai mana PMII itu terlahir, serta persinggungannya secara sosio histories maupun sosio cultural dengan medan geografis dimana PMII berada, melihat masa kini berarti sebagai warga peergerakan dituntut untuk merumuskan format kekiniannya sebagai langkah untuk melangkah ke depan, dengan bekal visi geopolitik dan kesadaran inilah warga PMII diharapkan mampu merancang masa depannya sendiri yang otonom, merdeka serta menjadi subjek sejarah.
    Fauzan alfas yang menulis buku PMII dalam simpul-simpul sejarah perjuangan, dalam sambutannya beliau menyatakan ada sebuah keinginan untuk menulis bukunya itu, karena beliau merasa peerihatin pada saat beliau masih aktif bergabung bersama warga pergerakandan beliau juga menyatakan bahwa kita merasa teramat kekurangan untuk memahami dan benar-benar mengerti akan PMII ini, di tambah lagi belum tersocialisasikanya produk-produk hukum, dokumen-dokumen histories PMII kepada warga pergerakan secara merata, terutama belum adanya buku tentang sejarah perjuangan PMII yang di tulis secara komprehensif, dan sistematis. Sehingga berakibat kurangnnya pemahaman terhadap PMII ini, masih banyak kesimpangsiuran yang dirasakan didalam memandang hakikat perjuangan PMII secara proporsional, peran dan sepak terjang PMII dalam perjalanan sejarahnya di negri indonesia tercinta ini, dihawatirkan tidak terekam dengan secara utuh oleh warga pergerakan, padahal sejarah perjalanan hidup pergerkan itu sangatlah penting sekali untuk di socialisasikan guna untuk melakukan proses kaderisasi di lingkungan warga PMII.
    Adapun yang di tulis itu mulai dari BAB I yaitu berbicara sekitar embrional kelahiran PMII (1955-1963) sampai bab yang terakhir pada BAB IX beliau menulis posisi dan peran PMII dalam arus pragmatisme,
    Penulis mencoba untuk merangkum dari buku yang di tulis oleh sahabat fauzan alfas ini, yang di awali dari cikal bakalnya PMII, ide dasar lahirnya organisasi PMII ini karena kesadaran dari para mahsiswa yang bernaung di bawah organisasi nahdlatul ulama, yang pertamanya para kader muda NU ini berkiprah di organisasi IPNU, karena memang pada waktu itu belum ada organisasi yang secara khusus untuk mewadahi para mahasiswa yang bernaung di NU, tetapi seiring berjalannya waktu PMII akhirnya terlahir sebagai organisasi kemahasiswaan, yang tentunya sangat banyak rintangan untuk sampai terbentuknya organisasi gerakan ini, tapi karena atas dasar keinginan yang kuat dan keyakinan yang membuat para pendiri PMII tak patah semangat, pada saat terlahirnya organisasi gerakan menimbulkan beberapa reaksi baik yang datang dari orang-orang HMI karena memang orang-orang yang mendrikan PMII ada sebagiannya yang berasal dari organisasi HMI seperti H Mahbub Junaidi yang menjadi ketua umum pertama PMII, dan sahabat-sahabat yang lainnya pun menjadi korban kemarahan orang-orang HMI, misalnya saja di Jogjakarta kegoncangan itu terjadi bersamaan dengan disidangkannya Syiful Mujab oleh pengurus cabang HMI Jogjakarta, yang kemudian ia di pecat dari ke anggotaan HMI, demikian juga tuduhan-tuduhan pemecah belah umat Islam selalu di alamatkan kepada Tolchah Mansyur dan Ismail Makki, dua orang yang mantan pengurus cabang HMI Jogjakarta.
    Walaupun perlakuan HMI demikian tidak membuat PMII khususnya Mahbub Junaidi sebagai ketua umum PMII untuk membalas dendamnya malahan pada saat HMI nyaris dibubarkan oleh pemerintahan menjelang meletusnya G. 30S/PKI. H Mahbub Junaidi malah menolongnya dari kepunahan mereka.
    Organisasi gerakan ini tentunya dengan semangat kebangsaan dan cinta tanah air, ketika pemerintahan yang begitu otoriter yang menindas rakyatnya berusaha untuk membela mereka dengan melakukan perlawanan-perlawanan dalam berbagai bentuk, aksi jalanan yang pada waktu itu masih begitu masifnya karena memang jiwa-jiwa mereka terpanggil untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menyengsarakan rakyat bumi pertiwi ini. PMII sebagai organisasi yang terlahir dari rahim NU, tentunya memang pada awalnya PMII harus mengikuti semua tindakan seperti apa yang di lakukan oleh orang-orang NU sampai ketika NU pada waktu itu berkiprah di dunia politik maka para mahasiswa yang bernaung di bawah nahdlatul ulama, secara tidak disadari telah ikut terbawa arus, namun ketika para kader PMII menyadari bahwa PMII harus terlepas secara setruktural dan bersikap mandiri dalam melakukan pola tindakannya, tapi tetap tidak melepaskan diri secara kultur, dimana PMII tetap dengan pendiriannya untuk terus berjuang mempertahankan idologi Ahlussunah Waljama’ah dan mengikuti teradisi-teradisi seperti apa yang dijalankan oleh organisasi nahdlatul ulama

Rabu, 24 Januari 2018

PK. PMII AZ-ZAIN CABANG SAMPANG MADURA GELAR RTK II

     PMII Az-Zain_ Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Sampang Madura, gelar Rapat Tahunan Komisariat (RTK) II yang dikemas dengan orasi kebangsaan dengan tema "Mengabdi Padamu Negeri", bersama R. H. GHUFRON SIRADJ Sekretaris Pusat Badan ANSOR Anti Narkoba, acara tersebut dihadiri oleh semua anggota  dan kader PMII Az-Zain serta kader PMII Se-Kabupaten Sampang, yang bertempat Di Gedung An-Nahdlah Lantai II Pon. Pes Karangdurin Tlambah Karangpenang Sampang, Rabu 24 Februari 2018.

Saatnya pemuda madura menjadi Icon primadona melalui organisasi PMII ini, karena memang pemudalah yang akan menentukan arah bangsa ini dimasa mendatang, pemuda adalah harapan bangsa, pemuda aladalah penentu kemajuan dan bangkitnya bangsa dan negara ini, pangkas R.H. Ghufron Siradj.


Sabtu, 20 Januari 2018

Arti Lambang PMII

Arti Lambang dan Bendera PMII

1. LAMBANG PMII
Pencipta lambang PMII : H. Said Budairi
Makna lambang PMII
1.1. Bentuk :
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c. 5 (lima) bintang sebelah atas melambangkan Rasulullah dengan empat sahabat terkemuka (khulafaurrasyidin).
d. 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhadluan Ahlussunah Wal Jama’ah.
e. 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti :
1. Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan yang tinggi dan penerang umat manusia.
2. Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar agama islam di Indonesia yang disebut dengan Wali Songo
1.2. Warna:
a. Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan harus digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan
1.3. Penggunaan:
a. Lambang PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket, kartu anggota, dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk menunjukkan identitas organisasi.
b. Ukuran lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.

2. BENDERA PMII
a. Pencipta Bendera PMII : Shaimory
b. Ukuran Bendera PMII : Panjang dan lebar (4 : 3)
c. Wrana dasar bendera PMII : Kuning
d. Isi bendera PMII :
– Lambang PMII terletak di bagian tengah
– Tulisan PMII terletak di sebelah kiri lambang membujur ke bawah.
e. Penggunaan bendera PMII
– Digunakan pada upacara-upacara resmi organisasi baik intern maupun ekstern dan upacara nasional.

Rabu, 02 November 2016

Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).

                               Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
  3. Pisahnya NU dari Masyumi.
  4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Organisasi-organisasi pendahulu

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma’il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

Konferensi Besar IPNU

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
  2. M. Said Budairy (Jakarta)
  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Makmun Syukri (Bandung)
  5. Hilman (Bandung)
  6. Ismail Makki (Yogyakarta)
  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
  9. Laily Mansyur (Surakarta)
  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
  12. M. Kholid Narbuko (Malang)
  13. Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.

Deklarasi

Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.

Independensi PMII

Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.

Makna Filosofis

Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.